Info Madrasah |
Sunday, 25 May 2025
  • | Libur Hari Raya Idul Fitri 19 April s.d 2 Mei 2023 | MTsN 3 Lebak Membuka Pendaftaran Calon Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2023-2024 | Awal Tahun Pelajaran 2023-2024 Akan di laksanakan pada tanggal 17 Juli 2023 (Peserta Didik baru akan melaksankana MATSAMA selama 5 hari)

Gerakan Hijau Kemenag: MTsN 3 Lebak Tanam Bibit Pohon Matoa Bersama Guru dan Pegawai

Diterbitkan : - Kategori : MTsN 3 Lebak

Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag) kembali menunjukkan komitmennya terhadap pelestarian lingkungan melalui program besar bertajuk “Gerakan Penanaman Satu Juta Pohon Matoa.” Program ini tidak hanya menjadi langkah nyata dalam menjaga kelestarian alam, tetapi juga sebagai implementasi dari paradigma ekoteologi, yang menggabungkan nilai-nilai keagamaan dengan kesadaran ekologis.

Sekretaris Jenderal Kemenag, Kamaruddin Amin, dalam sambutannya di Depok menegaskan bahwa gerakan ini merupakan wujud nyata dari kesadaran spiritual dan ekologis yang harus tumbuh bersamaan dalam masyarakat Indonesia. “Gerakan penanaman satu juta pohon Matoa merupakan wujud nyata komitmen Kemenag dalam mengimplementasikan ekoteologi. Sebuah paradigma yang mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan pelestarian lingkungan,” ungkapnya.

Gerakan ini melibatkan lebih dari 10.000 mitra keagamaan di seluruh Indonesia, dari berbagai latar belakang agama dan lembaga pendidikan keagamaan. Salah satu yang turut berpartisipasi secara aktif adalah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 3 Lebak yang berlokasi di Provinsi Banten.

Menanam Harapan Bersama Matoa

Pohon matoa (Pometia pinnata) yang menjadi ikon dalam gerakan ini bukan dipilih secara sembarangan. Matoa adalah tanaman asli Indonesia yang dikenal tidak hanya karena buahnya yang manis dan bergizi, tetapi juga karena ketahanannya terhadap berbagai kondisi lingkungan. Penanaman pohon ini diharapkan menjadi simbol ketahanan, kelestarian, dan keberlanjutan kehidupan.

Lebih dari sekadar menanam pohon, gerakan ini adalah bentuk kampanye ekospritualitas, yang mengajak seluruh elemen masyarakat—khususnya lembaga-lembaga keagamaan—untuk mengambil peran aktif dalam menjaga bumi sebagai amanah dari Tuhan.

Di tengah berbagai tantangan perubahan iklim, penebangan hutan, dan pencemaran lingkungan, langkah Kemenag ini sangat relevan dan penting. Gerakan ini bukan hanya menyasar hasil jangka panjang berupa penghijauan, tetapi juga membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga lingkungan sebagai bagian dari ibadah.

Partisipasi Aktif MTsN 3 Lebak

Sebagai bagian dari 10.000 mitra keagamaan yang turut serta, MTsN 3 Lebak menunjukkan kepedulian dan semangat tinggi dalam menjalankan gerakan penanaman pohon matoa. Kegiatan penanaman dilakukan langsung di lingkungan madrasah dengan melibatkan para pendidik dan tenaga kependidikan.

Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kepala Madrasah, Bapak D. Fauzan Firdaus, M.M.Pd, serta didampingi oleh Kepala Tata Usaha, Bapak Drs. Hilmudin. Bersama guru-guru yang penuh semangat, mereka menanam bibit pohon matoa di sekitar kawasan madrasah, memanfaatkan area hijau yang tersedia untuk dijadikan ruang edukasi ekologis di masa depan.

“Saat ini siswa sedang mengikuti pembelajaran dari rumah karena ujian akhir, jadi kegiatan ini difokuskan pada guru dan tenaga kependidikan. Namun, semangat dan nilai-nilainya akan tetap kami sampaikan kepada para siswa dalam berbagai bentuk edukasi,” ujar Bapak D. Fauzan Firdaus.

Beliau juga menambahkan bahwa kegiatan ini sangat penting untuk membangun budaya peduli lingkungan di madrasah, yang nantinya akan menjadi bagian dari kurikulum kehidupan bagi peserta didik.

Ekoteologi sebagai Pilar Penguatan Karakter

Gerakan ini bukan sekadar aksi tanam pohon biasa. Ia membawa pesan moral yang mendalam: bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari ibadah dan ketaatan kepada Sang Pencipta. Dalam konteks ekoteologi, alam dipandang sebagai ciptaan Tuhan yang harus dijaga dan dirawat, bukan dieksploitasi.

Kemenag secara strategis menempatkan kegiatan ini sebagai bentuk pendidikan karakter yang relevan dengan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan penguatan moderasi beragama. Dalam perspektif ini, pelestarian lingkungan menjadi bagian dari sikap moderat dan bertanggung jawab sebagai manusia.

“Program ini adalah bagian dari pendidikan spiritual dan sosial yang konkret. Lingkungan yang lestari adalah tanggung jawab kita semua, dan agama mengajarkan itu sejak awal,” ujar Kamaruddin Amin dalam sambutannya.

Dari Madrasah, Untuk Masa Depan

Partisipasi MTsN 3 Lebak menjadi contoh nyata bahwa lembaga pendidikan keagamaan dapat menjadi motor penggerak dalam aksi-aksi ekologis nasional. Penanaman pohon matoa di lingkungan madrasah bukan hanya berdampak langsung pada kualitas udara dan keasrian lingkungan, tetapi juga menjadi investasi jangka panjang dalam membentuk karakter generasi muda.

Binih Matoa

Kegiatan ini direncanakan tidak hanya berhenti pada penanaman saja, tetapi akan dilanjutkan dengan program pemeliharaan, pemantauan pertumbuhan pohon, serta integrasi dalam materi pelajaran yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan keagamaan.

Bapak Drs. Hilmudin, selaku Kepala Tata Usaha MTsN 3 Lebak, menyampaikan bahwa pihak madrasah akan menjadikan area penanaman pohon sebagai laboratorium alam mini yang bisa digunakan untuk praktik pembelajaran di luar kelas. “Kami ingin madrasah ini tidak hanya menghasilkan lulusan yang cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan,” tegasnya.

Sinergi dan Kolaborasi Berkelanjutan

Kesuksesan gerakan ini tidak terlepas dari sinergi antara pemerintah, lembaga keagamaan, pendidik, dan masyarakat. Melalui semangat kolaborasi, penanaman satu juta pohon matoa bukan lagi sekadar impian, melainkan sebuah gerakan masif yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

Dengan melibatkan 10 ribu mitra keagamaan, termasuk pesantren, madrasah, tempat ibadah, dan komunitas lintas agama, gerakan ini menunjukkan wajah Indonesia yang religius sekaligus progresif dalam menjawab tantangan ekologis.

Gerakan ini juga sejalan dengan komitmen Indonesia dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan nomor 13 (penanganan perubahan iklim) dan nomor 15 (melindungi, memulihkan, dan mendukung ekosistem daratan).

Refleksi: Menanam Pohon, Menanam Kebaikan

Dalam ajaran berbagai agama, pohon selalu memiliki simbol makna yang kuat. Ia digambarkan sebagai makhluk yang memberi tanpa meminta, meneduhkan tanpa pilih kasih, dan tetap tegak meski dihantam badai. Menanam pohon adalah simbol dari menanam kebaikan yang hasilnya bisa dinikmati oleh generasi mendatang.

Gerakan penanaman pohon matoa oleh Kemenag ini membawa makna tersebut dalam konteks yang lebih luas. Ia mengajak semua umat beragama untuk bersatu dalam merawat bumi, sebagai rumah bersama yang harus diwariskan dalam kondisi terbaik kepada anak cucu.

Melalui kegiatan ini, kita diingatkan bahwa tugas menjaga lingkungan bukan hanya urusan aktivis atau pemerintah, tetapi juga panggilan moral dan spiritual setiap manusia beriman.

Penutup

Gerakan Penanaman Satu Juta Pohon Matoa oleh Kemenag adalah langkah inspiratif dan revolusioner dalam mewujudkan kesadaran ekologis berbasis nilai-nilai keagamaan. Melibatkan lebih dari 10.000 mitra keagamaan, termasuk MTsN 3 Lebak, gerakan ini telah membuktikan bahwa pelestarian lingkungan bisa dilakukan dari madrasah hingga ke pelosok negeri.

Melalui penanaman ini, bukan hanya pohon yang tumbuh, tetapi juga kesadaran, kepedulian, dan semangat kolektif untuk menjaga bumi sebagai bentuk nyata dari ibadah dan pengabdian.

Seperti pohon matoa yang tumbuh tinggi dan rindang, semoga gerakan ini menjadi awal dari gerakan hijau yang terus berkembang, menyebarkan manfaat dan membawa keberkahan bagi Indonesia dan dunia.